Home » , » Dilema Daging Sapi Indonesia

Dilema Daging Sapi Indonesia


Seperti yang telah kita ketahui di media-media Indonesia, harga daging sapi di berbagai daerah merangkak naik. Pemerintah telah melakukan beberapa kali rapat namun harga sepertinya tidak goyah juga. Semua rakyat berharap apabila harga daging bisa segera turun kembali. Solusi dari pemerintah untuk mendatangkan daging import dari luar untuk menurunkan harga dianggap solusi yang terbaik.

Penolakan Para Pedagang Sapi
Daging sapi beku import saat ini baru masuk ke tanah air sejumlah 16 ton dari total 800 ton yang datang via udara, dan diharapkan sejumlah 2.200 ton lainnya akan tiba melalui jalur laut pada beberapa hari kemudian. Namun nyatanya kenyataan di lapangan berbeda dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Para pedagang menolak menjual daging beku ini karena menurut mereka, daging import ini akan merusak harga pasar. 

Tentu saja hal ini bertentangan dengan misi Bulog yang memang diberikan mandat oleh pemerintah untuk menurunkan harga. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan yang sebelumnya merasa optimis daging sapi akan diterima oleh pasar, mengaku cukup kaget dengan reaksi tersebut. Dan beliau mengatakan bila Bulog akan terus berusaha mencari pasar-pasar yang lain mau bekerja sama.

Alasan dari para pedagang sapi pun berubah-rubah. Dari mulai daging sapi beku itu sulit untuk mereka simpan mengingat daging sapi beku akan mudah leleh dan rusak bila terkena udara langsung, juga menurut mereka kualitas daging sapi itu kurang baik. Menurut mereka daging sapi beku tersebut mempunyai lemak yang lebih banyak dibanding daging sapi yang mereka miliki. Para pedagang sapi mengaku bila mereka telah membeli daging-daging dengan harga yang mahal untuk dijual, ketika daging-daging import ini masuk ke pasar, bagaimana dengan nasib daging mereka yang mahal?

Lain alasan pedagang, lain pula alasan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI). Mereka juga beralasan bila penjualan itu tidak dikonsultasikan dahulu dengan mereka. Bulog melakukan operasi pasar sendiri dengan menggunakan nama Bulogmart. Tentu saja gebrakan dari bulog ini akan merugikan para pedagang. Semestinya menurut mereka, Bulog menjual daging tersebut dengan bekerja sama dengan mereka.

Tentu gerakan yang dilakukan oleh pemerintah ini kontradiksi dengan apa yang diharapkan pedagang daging sapi yang notabene ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Dan ternyata penolakan ini juga muncul di daerah dimana dibeberapa daerah, pedagang melakukan demo terhadap operasi yang dilakukan pemda setempat.

Kebutuhan Rakyat Mendesak
Berlainan dengan para pedagang yang dilapangan secara terang-terangan menunjukkan ketidak setujuannya terhadap daging murah yang disebar oleh pemerintah, rakyat sebagaimana layaknya konsumen justru mengharapkan daging sapi ini harganya turun kembali. Banyak dari warga beberapa hari ini akhirnya mengalihkan konsumsi mereka dari daging sapi ke ikan karena tingginya harga daging sapi yang menembus harga Rp. 100.000. Tingginya harga daging sapi ini juga terasa di daerah-daerah, bahkan di Cirebon harga daging sapi mencapai Rp. 110.000!.

Pemprov DKI Jakarta melalui event UMKM Expo di taman IRTI Monas melempar daging bersubsidi dengan harga Rp. 80.000 dan tanpa dapat dikira, daging sapi ini langsung habis diserbu oleh masyarakat hanya dalam satu jam! Dari fakta yang ada terlihat bila memang kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi murah itu sangat tinggi dan bertentangan tentunya dengan berbagai alasan yang dikemukakan oleh para pedagang di atas.

Masyarakat yang membutuhkan daging sapi ini ternyata berasal dari berbagai lapisan. Bukan hanya warga miskin saja yang berharap akan daging sapi murah. Dari media-media kembali terlihat bagaimana ahok dan beberapa warga miskin merasa kesal karena ternyata daging sapi murah hasil dari operasi pasar ternyata banyak di borong oleh warga-warga yang mampu sehingga rakyat kecil sendiri tidak kebagian.

Mendapatkan keuntungan yang besar terutama di waktu yang hanya terjadi sekali dalam setahun tentu harapan dari semua pedagang. Namun seyogyanya, pedagang pun juga harus memperhatikan kebutuhan rakyat yang saat ini membutuhkan. Memang benar alasan dari para pedagang bila tugas pemerintah yang harus bisa menekan harga daging sapi distributor lokal supaya para pedagang bisa menjual murah. Namun tentunya saling lempar kesalahan ini pada akhirnya hanya akan mengorbankan kepentingan orang banyak.

Seiring dengan datangnya 3000 ton daging sapi beku ke Indonesia ini, banyak orang berharap daging ini selain menguntungkan konsumen di Indonesia juga tidak merugikan pedagang setempat. Tentunya perlu sinergi yang tepat antara APPSI dan pemerintah sehingga masalah daging sapi ini tidak menjadi dilema yang berkepanjangan. Kita tunggu saja bagaimana isu daging sapi ini bergulir kedepan. (nm)

Sumber: dari berbagai sumber
Advertisement:

0 komentar:

Post a Comment