Dia memaparkan tentang potensi-potensi ekonomi yang telah diambil alih oleh pihak asing. Seperti 92% produk teknologi yang kini juga dikuasai asing, 80% pasar tekstil yang dikuasai asing juga, 80% pasar farmasi yang juga masih dikuasai asing dan juga kini dipasar Cipinang sudah tidak ada lagi produk beras lokal
Menurut penilaiannya ekonomi Indonesia sudah tidak lagi memiliki daya saing, ini terbukti dengan data pada tahun 2005 dimana ada sekitar 429 perusahaan tekstil Indonesia kolaps, 200 perusahaan industri merugi dan pada tahun 2010 terjadi defisit perdagangan Indonesia dengan China yang mencapai nilai fantastis yaitu 53 triliun rupiah.
Di pasar minuman menurut Aswandi ada sekitar 40000 outlet minuman Indonesia dan 40% berhasil dikuasai oleh pihak asing sebagai penjual pasar minuman ringan di Indonesia. Selain itu 93% pasar air minum dalam kemasan (AMDK) telah dikuasai oleh pihak asing juga. Di sektor susu, pihak asing juga telah memiliki sebesar 80% petani susu lokal juga menguasai setengah dari pasar susu di Indonesia. Ini sangat merugikan Indonesia yang dimana total nilai transaksi pertahun dari susu saja bisa mencapai nilai lebih dari 200 triliun rupiah.
"Dengan keadaan begini maka seharusnya Indonesia membangun jiwa-jiwa entrepreneurship agar bisa merdeka dari mendominasinya pihak asing" ujar Aswandi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono juga mengatakan tentang pembangunan yang saat ini terjadi di Indonesia. Menurutnya hadirnya mal, ritel modern dan juga berbagai macam restoran cepat saji yang jelas-jelas itu milik pihak asing, ini diartikan oleh sebagaian orang adalah pembangunan itu sendiri. Karena menurutnya, ini hanya akan membuat orang miskin menjadi semakin tergusur dikarenakan pembangunan tersebut.
Dia menambahkan bahwasanya masalah globalisasi kini telah disamakan dengan naiknya hidup yang konsumtif . "Satu kesan yang sangat kuat kita rasakan adalah banyaknya penguasa daerah mereduksi arti pembangunan menjadi hanya sebagai dengan hadirnya mal, supermarket lengkap dengan brand-brand berbahasa asing. Edi juga menambahkan tentang keprihatinannya tentang aksi borong besar-besaran tanah warga dikarenakan oleh investasi asing
No comments:
Post a Comment